Lestarikan Kerajinan Kapal Bandong Warisan Orang Tua

Bermula dari niatnya menjaga dan melestarikan cinderamata atau souvenir kapal bandong yang diwariskan sang Ayah sejak puluhan tahun, M. Yusuf bertekad tak akan membiarkan souvenir khas Sanggau itu tenggelam ditelan zaman.
Bermula dari niatnya menjaga dan melestarikan cinderamata atau souvenir kapal bandong yang diwariskan sang Ayah sejak puluhan tahun, M. Yusuf bertekad tak akan membiarkan souvenir khas Sanggau itu tenggelam ditelan zaman. Foto: pek

Sanggau, BerkatnewsTV. Bermula dari niatnya menjaga dan melestarikan cinderamata atau suvenir kapal bandong yang diwariskan sang Ayah sejak puluhan tahun, M. Yusuf bertekad tak akan membiarkan souvenir khas Sanggau itu tenggelam ditelan zaman.

Sang Ayah M. Rifa’i yang dikenal sebagai seniman sekaligus budayawan di Bumi Daranante yang sejak puluh tahun lalu melestarikan suvenir tersebut kini sudah tidak bisa lagi maksimal membuat kapal bandong seiring dengan usianya yang sudah senja mencapai 84 tahun.

Ditemui di kediamannya jalan Pantai Sekayam Kelurahan Tanjung Sekayam Kecamatan Kapuas, Yusuf mengaku, pesanan terhadap suvenir yang dirintis sang ayah cukup tinggi, sehingga dengan sedikit pengetahuan dan keahlian otodidak yang diperolehnya dari sang Ayah, ia kemudian melanjutkan bisnis kecil sang Ayah.

“Saya punya sedikit keahlian yang diwariskan beliau, karena bagaimanapun juga suvenir ini ciri khas yang dimiliki bukan hanya oleh masyarakat Sanggau tapi juga masyarakat di Kalimantan Barat,” kata Yusuf.

Diakui Yusuf, sosok sang Ayah yang begitu konsen terhadap seni dan budaya daerah menjadi penyemangat bagi dirinya melanjutkan seni pengolahan kapal bandong.

Namun, Yusuf mengaku menemui kendala dalam memenuhi pesanan. Ia kekurangan tenaga untuk memproduksi kapal bandong.

“Harapan kami Dinas Porapar Sanggau mau melatih anak-anak muda kita dibidang kerajinan ini, utamanya anak-anak yang tidak punya kerjaan atau putus sekolah. Kami siap membantu. Terus terang kami kekurangan tenaga untuk memenuhi pesanan,” ujar Yusuf

Yusuf yang juga ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sentana itu menjelaskan, untuk membuat kerajinan kapal bandong ukuran kecil dibutuhkan waktu selama tiga hari, sementara yang ukuran besar dibutuhkan waktu satu bulan.

“Untuk harganya, yang kecil Rp 250 ribu, yang besar Rp 350 ribu. Untuk pemasaran biasanya kita ada langganan yang datang ngambil, untuk dipasar kita jual di toko Angkasa Jaya,” pungkasnya.(pek)