Sanggau, BerkatnewsTV. Media massa sebagai salah satu pilar demokrasi diharapkan dapat menangkal berita hoaks menjelang pemilu.
“Hoaks ini tidak bisa kita hilangkan dari kehidupan kita, bahkan akan terus tumbuh dari waktu ke waktu. Sistematisasi hoaks akan sangat sulit dihilangkan. Tetapi paling tidak, upaya meminimalisir hoaks mesti terus dilakukan. Tidak ada cara lain, edukasi-edukasi kepada masyarakat harus tetap dilakukan,” kata Kepala Dinas Kominfo Sanggau, Joni Irwanto.
Ia memastikan, sebuah negara bisa hancur dikarenakan tidak mampu mengelola hoaks. Oleh karenanya, Ia meminta seluruh komponen masyarakat agar tidak lagi menyebarkan apalagi memproduksi berita-berita bohong yang tanpa didasari fakta yang disebut hoaks itu.
“Apabila hoaks-hoaks itu masih kita sebar maka bukan tidak mungkin dalam lima atau sepuluh tahun mendatag tidak ada lagi ini yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, hokas itu diciptakan tujuannya mengganggu stabilitas keaman dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang sudah terjaga dengan baik. Pelaku hoaks pasti punya kepentingan dan tujuan, nah inilah yang harus kita sadari,” ungkapnya.
Baca Juga:
Saat coffe morning bersama wartawan Jumat (21/10), Joni menilai media massa yang menjadi pilar kelima dalam demokrasi memiliki peranan penting dalam mengedukasi masyarakat untuk menangkal hoaks.
Media diharapkan menjadi corong edukasi publik, sehingga pesan dari informasi-informasi yang ada dapat tersampaikan secara utuh dan akurat.
“Sejauh informasi yang disajikan oleh media massa dapat dipertanggungjawabkan, sesuai fakta disertai konfirmasi, sejauh itu pula, hoaks dengan sendirinya dapat terbantahkan. Hanya saja perlu energi ekstra untuk mewujudkan kondisi normatif semacam itu,” ungkapnya.dalam diskusi.
Diakuinya, untuk lingkup Kabupaten Sanggau, sejauh ini masih terbilang normal. Media massa, baik cetak maupun elektronik, dianggap telah memiliki visi yang sama dalam mencegah dan mengedukasi permasalahan hoaks. Dirinya justru mengantisipasi bahaya media sosial (Medsos) yang sangat sulit dikendalikan. Apalagi produk isu yang dipublis sangat membahayakan dan dapat memperkeruh suasana.
“Persoalan medsos ini memang krusial. Jadi kalau hoaks untuk kalangan media massa, kami kira rambu-rambunya atau SOPnya sudah ada. Begitu juga halnya dengan jurnalis, tidak mungkin juga membuat pemberitaan yang secara sadar untuk menyebar hoaks kepada masyarakat. Tetapi yang sifatnya medsos memang harus lebih ekstra dalam pengawasan. Termasuk juga dari rekan-rekan kepolisian dengan cyber crime yang terus berupaya membantu memerangi hoaks dan juga transaksi elektronik,” imbuhnya.(pek)