Description

Pengguna Medsos Didominasi Perempuan, Ini Dampak Negatifnya

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sintang Kurniawan memberikan cinderamata kepada peserta literasi tentang penggunaan media sosial bagi kaum perempuan yang diingatkan bijak dan cerdas
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sintang Kurniawan memberikan cinderamata kepada peserta literasi tentang penggunaan media sosial bagi kaum perempuan yang diingatkan bijak dan cerdas. Foto: anti

Sintang, BerkatnewsTV. Kaum perempuan diingatkan untuk bijak dan cerdas dalam menggunakan media sosial (medsos). Apalagi, saat ini pengguna medsos didominasi kaum perempuan.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sintang Kurniawan mengungkapkan pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta atau 73,7 % dari total jumlah penduduk Indonesia.

Padahal sebelumnya masih berkisar di angka 170 juta orang atau 61,8%. Sekitar 30 juta diantaranya anak-anak dan remaja.

Ia sebutkan saat ini pengguna media sosial telah didominasi oleh kaum perempuan dengan jumlah 76%. Sebanyak 56% perempuan mengakses facebook sementara pria 49,5%.

Perempuan menggunakan waktunya sebanyak 30% untuk berkomunikasi melalui media sosial sementara itu pria 26%. Laporan Napoleon Cat menunjukkan mayoritas atau 52,6% pengguna instagram di Indonesia adalah perempuan.

“Jadi saya mengajak kaum perempuan Sintang untuk bijak dan cerdas menggunakan media sosial karena bisa berimplikasi hukum dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik,” imbau Kurniawan.

Imbauan itu disampaikan Kurniawan saat menjadi pemateri Sosialisasi Literasi Media Sosial Bagi Kaum Perempuan, Rabu (7/9) yang diikuti 220 perempuan dari dari Gabungan Organisasi Wanita (GOW).

Menurut Kurniawan cerdas bermedsos bisa ditunjukan dengan teliti memperoleh informasi di medsos, cermat membuat konten di medsos, hati-hati membagi sesuatu di medsos dan selektif bergabung di grup medsos.

“Perilaku membagikan informasi pribadi di media sosial secara berlebihan, seperti foto, video, serta informasi pribadi dan aktivitas sehari-hari atau over sharing dapat menjadi bumerang bagi si pelakunya karena memicu orang jahat untuk melakukan niatnya,” ia mengingatkan.

Baca Juga:

Sebab tambah Kurniawan, jejak digital merupakan jejak elektronik yang ditinggalkan ketika beraktivitas digital, seperti mengirim email, mengunjungi sebuah website, posting, unggahan komentar, foto atau video yang diunggah ke media sosial.

Jejak digital selain membekas dan terekam pada perangkat yang digunakan oleh pengguna, juga terekam pada server-server perusahaan internet.

Jejak digital membuka akses bebas orang-orang tak bertanggung jawab membobol data-data penting seperti rekening ATM atau berbagai file berharga di tempat kerja, terlalu banyak menggunakan handphone juga bisa menyebabkan anak menjadi autis.

“dr Melly Budhiman, SpKJ yang merupakan Presiden dari Yayasan Autisma Indonesia menyampaikan bahwa fenomena banyaknya orang tua yang memperbolehkan anak-anaknya bermain gadget sejak usia kecil bahkan bayi, bisa memicu autisme pada sang anak, ” beber Kurniawan.

Hadirnya sosial media lanjut dia membuat orang cenderung membanding-bandingkan hidup dengan orang lain. Membandingkan kemampuan, pendapat, sifat atau gaya hidup dengan orang lain. Apa yang ditampilkan seseorang di medsos cenderung bukan gambaran yang asli melainkan rekayasa atau manipulasi.(anti)