Tekan Kematian Ibu dan Anak, Ini Dilakukan Dinkes Sanggau

Sanggau, BerkatnewsTV. Setelah pandemi, persepsi masyarakat mengenai resiko pandemi Covid-19 dan kesiapan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak (KIA) mengalami perubahan.

Masyarakat mulai beradaptasi dengan situasi pandemi. Hal ini memengaruhi ketahanan, ketangguhan, dan strategi mereka untuk meminimalkan dampaknya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau Najori menyampaikan, pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian, sesuai dengan beberapa fakta yang terjadi di lapangan.

“Tidak bisa suatu kebijakan diimplementasikan jika tak menjawab permasalahan dan kebutuhan yang ada di masyarakat,” kata dia usai rapat evaluasi Kabupaten Layak Anak (KLA), Selasa (7/6).

Najori mengungkapkan, kasus kematian ibu dan anak di Sanggau. pada Januari sampai Desember 2021 mencapai 16 orang atau 219/100.000 Kelahiran Hidup.

Sementara target penurunan Angka Kematian Ibu tahun 2021 adalah 217/100.000 Kelahiran Hidup (KH), sedangkan jumlah Kelahiran Hidup tahun 2021 ada 7.299 orang, meningkat dari Jumlah Angka Kematian Ibu ditahun 2020 yang mencapai 11 orang atau 136/100.000 KH dari target nasional 230/100.000 KH.

Baca Juga:

Sedangkan pada Angka Kematian Bayi Tahun 2021 tercatat sebanyak 43 orang atau 5,89/1000 KH atau dengan Jumlah Kelahiran Hidup 7.299 orang dari target Nasional adalah 19,5/1000 KH.

“Angka Kematian Bayi di Kabupaten Sanggau nenurun dari Tahun 2020 yaitu sebanyak 57 orang atau 7,06/1000 KH kalau di bandingkan dengan target nasional masih dibawah Nasional yaitu target 20,6/1000 KH,” ungkapnya.

Najori membeberkan masih ditemukannya angka kematian ibu dan bayi yang menjadi konsen pihaknya untuk diselesaikan.

Penyebabnya itu masih tingginya faktor perdarahan pada saat melahirkan, faktor Anemia Ibu hamil, masih adanya ibu hamil yang ditolong oleh dukun beranak, faktor terlambatnya pertolongan kelahiran dengan jarak dari Fasyankes jauh atau infrastruktur yang masih rusak.

Kesiapan keluarga untuk kelahiran tidak direncanakan dengan baik, masih tinnginya kematian di Rumah Sakit karena datang ke Fasyankes dasar sudah mengalami kegawatan, masih adanya Ibu hamil yang takut melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu Covid 19.

“Nah, ini beberapa faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang masih kita temukan,” jelasnya.

Untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, lanjut Najori, pihaknya berupaya mendorong pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir sesuai prinsip pencegahan Covid-19 dan pemanfaatan telemedicine untuk pelayanan KIA, penyelenggaraan Posyandu hanya diperuntukan di daerah resiko tinggi dengan tetap sesuai kaidah yang telah ditetapkan dan hanya diperuntukan untuk pelayanan imunisasi balita dengan masalah gizi.

“Kami juga melakukan pemantuan pada Ibu hamil, pemberian zat penambah darah (Fe) bagi remaja putri dan Ibu hamil, mengaktifkan lagi kelas Ibu hamil, meminta Ibu hamil rajin melakukan atau memeriksakan kehamilan setiap bulannya di Fasyankes terdekat, menghindari pertolongan oleh Dukun, dan perlu adanya inovasi yang berupaya untuk menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi,” pungkasnya. (pek)