Sanggau, BerkatnewsTV. Setelah dua tahun ditiadakan, kini umat muslim di Sanggau bisa melaksanakan Salat Idulfitri 1443 H di lapangan terbuka yakni di halaman Kantor Bupati Sanggau yang digelar PHBI, Senin (2/5) pagi.
Bertindak selaku imam Bripka Suryansah dan khatib H. Ahkhmad Saukani yang juga Ketua PHBI Sanggau.
Akhamd Saukani mengajak umat muslim untuk mewujudkan kesalihan yang tidak hanya bersifat ritual tetapi kesalihan yang bersifat sosial.
“Setelah sebulan penuh kita melaksanakan puasa ramadan pertanyaan, kesalihan apa yang sudah kita perbuat sehingga Allah SWT pantas meridhoi amal dan perbuatan kita,” kata Akhmad Saukni dalam khutbahnya.
Ia menjelaskan, dalan Islam, ada dua kesalihan yang harus dimiliki seorang muslim, baik kesalihan ritual yang bersifat individu dan kesalihan sosial.
Agama mengajarkan sebagaimana Alquran surah Albaqarrah ayat 208 yang artinya hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah dan janganlah mengikuti langkah Syaitan karena Syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.
“Shalih yang dimaksud di sini shalih secara individual atau ritual dan juga shalih secara sosial karena ibadah sosial selain bertujuan mrngabdikan diri kepada Allah SWT juga bertujuan membentuk kepribadian yang Islami yang memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial atau hubungan sesama manusia,” ujarnya.
Baca Juga:
Saukani melanjutkan, kriteria keislaman seseorang tidak hanya diukur dari ibadah sosialnya seperti salatnya puasanya, tetapi juga dilhat dari nilai-nilai dan hubungan sosialnya dengan masyarakat sehingga melahirkan rasa kasih sayang kepada sesama, menghargai hak orang lain, cinta kasih, penuh kesantunan, menjaga hubungan baik dengan orang lain, memberi dan mau membantu sesama.
“Seluruh ibadah ritual yang dilakukan dengan benar akan melahirkan kesalihan sosial, seperti salat misalnya, bagaimana ia mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Suatu ketika Rasulullah mendengar seseorang rajin salat di malam hari dan puasa di siang hari, tetapi lidahnya sering menyakiti tetangganya. Apa komentar nabi tentang dia, jawab nabi dia penghuni neraka. Naudzulbillahi mindzalik,” terangnya.
Hal ini membuktikan, bahwa ibadah ritual tidaklah cukup, ibadah sosial harus dibarengi dengan ibadah sosial karena ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari melukai hati dan perasaan orang lain.
Dalam kisah lain pernah diceritakan bahwa salah seorang sahabat pernah memuji kesalihan sahabat yang lain.
“Nabi bertanya, mengapa ia kau sebut sholih, sahabat pun menjawab setiap saya masuk masjid dia sudah salat dengan khusus dan setiap saya pulang dia masih saja khusuk berdoa. Nabi bertanya lagi siapa yang memberinya makan dan minum sahabat mrnjawab kakaknya. Lalu kata Nabi, Kakaknya itulah yang layak disebut shalih,” pungkasnya. (pek)