Description

Kemeriahan Tradisi Nanggok di Malam Takbiran

Nanggok dilakukan anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah warga yang mengandung makna berbagi rejeki atau sedekah untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa
Nanggok dilakukan anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah warga yang mengandung makna berbagi rejeki atau sedekah untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Foto: ist

Kubu Raya, BerkatnewsTV. Tradisi nanggok hingga kini masih terus berlangsung saat di malam takbiran Idulfitri.

Kemeriahan nanggok sangat dinanti dan ditunggu anak-anak di setiap sudut kampung di Kalimantan Barat saat malam H-1 Idulfitri.

Nanggok kerap dilakukan anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah warga yang mengandung makna berbagi rejeki atau sedekah untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.

Dan dibalik itu, nanggok juga terkandung makna religius. Setiap rumah yang didatangi, mengumandakan lafaz takbir Idulfitri sebanyak tiga kali oleh rombongan anak-anak yang kemudian membacakan zikir.

“Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu” (3 kali)

“Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar”

Usai lafaz takbir dikumandangkan, tuan rumah memasukan uang di dalam kotak yang telah disiapkan sekaligus membagikan uang kepada rombongan anak-anak.

Baca Juga:

Uang yang dibagikan tak elok dirasakan jika bukan yang baru. Sehingga tak heran masyarakat kerap melakukan penukaran uang baru di bank-bank.

Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kubu Raya, Suharso tradisi nanggok juga pernah ia rasakan saat masih kecil sehingga telah menjadi turun temurun.

“Tradisi ini tentu harus terus dilestarikan dan dipertahankan. Makna tradisi nanggok ini sangat erat dengan ajaran Islam untuk saling berbagi rejeki. Bukan nilainya yang menjadi esensi dari nanggok ini akan tetapi bagaimana kita dituntut untuk mengingat bahwa sebagian rejeki yang kita dapat dari Allah SWT juga ternyata ada hak orang lain,” tuturnya.

Suharso berharap tradisi nanggok ini jangan sampai lekang ditelan zaman seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih.(tmB)