loading=

Virus ASF Serang Ratusan Babi di Sintang

Bantuan Kementerian Pertanian diberikan secara simbolis kepada pedagang dan peternak babi di Sintang
Bantuan Kementerian Pertanian diberikan secara simbolis kepada pedagang dan peternak babi di Sintang. Foto: susi

Sintang, BerkatnewsTV. Ratusan ekor babi di Kabupaten Sintang mengalami kematian akibat diserang virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

“Virus ini hanya menyerang ternak babi tidak berpindah ke ternak lain dan juga manusia. Virus ini dapat menyebabkan kematian babi hingga 90 persen. Artinya virus ASF ini sangat berbahaya bagi ternak babi. Belum ada obat ataupun vaksin untuk penyakit yang menyerang babi ini. Gejalanya ternak babi menjadi lesu, tidak mau makan, demam, diare, muntah, bintik-bintik merah di kulit,” terang Kepala Dinas Pertanian,Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Sintang Elisa Gultom disela sosialisasi pengendalian dan penanggulangan Virus ASF diikuti para pedagang dan peternak, Kamis (21/10).

Dikhawatirkan adalah penyakitnya memberikan dampak yang besar bagi para peternak maupun bagi masyarakat yang memerlukan daging babi.

Kejadian di Sintang mulai terdeteksi pada 9 September 2021. 15 September 2021 sudah ambil tindakan berupa investigasi dan pengambilan sampel. 1 Oktober 2021, hasil laboratorium keluar dan dinyatakan positif tertular virus ASF

“Kami sudah melakukan langkah untuk mengendalikan virus ASF adalah memberikan himbauan melalui surat kewaspadaan kepada masyarakat di desa dan kelurahan yang ada ternak babinya. Kami juga melakukan sosialisasi dan penyuntikan serum konvalesen. Populasi babi di seluruh kecamatan ada 67. 505 ekor. Jumlahnya cukup besar. Untuk Kecamatan Sintang yang menjadi wilayah pandemic virus ASF, total sudah 151 ekor yang sudah tertular virus ASF yang ada di 5 desa dan kelurahan. Kami sudah mendapatkan bantuan serum dari pemerintah pusat sebanyak 276 botol,” bebernya.

Baca Juga:

Sementara Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Sintang Yustinus J mengatakan wabah virus ASF biasa mengganggu aktivitas para peternak dan proses bisnisnya sendiri.

“Kita juga akan hati-hati dalam mengambil kebijakan, supaya tidak mematikan usaha peternakan dan ekonominya, namun kita bisa mencegah penyebaran virus ASF ini.

Ani salah satu peternak babi menyarankan agar perputaran ekonomi dari daging babi tidak dibatasi, namun perlunya sertifikat ternak babi yang bebas virus ASF sehingga boleh di potong atau dijual hidup kepada para pembeli.

“instansi terkait perlu memeriksa kesehatan setiap ternak yang akan di jual. Kalau sehat, silakan berikan sertifikat bebas virus ASF. Sehingga peternak beroperasi dan tetap bisa menjual, usahanya tetap jalan namun kita semua bisa sama-sama mencegah penularan virus ASF,” pungkasnya.(sus)