Stunting di Sanggau Capai 3.754 Kasus

Bupati Sanggau saat memimpin rakor stunting bersama stakeholder terkait. Kasus stunting di Sanggau mengalami peningkatan siginifikan di triwulan I.
Bupati Sanggau saat memimpin rakor stunting bersama stakeholder terkait. Kasus stunting di Sanggau mengalami peningkatan siginifikan di triwulan I. Foto: pek

Sanggau, BerkatnewsTV. Jumlah kasus stunting di triwulan I tahun 2021 di Kabupaten Sanggau mencapai 3.754 balita. Jumlah ini mengalami peningkatan siginifikan dibandingkan tahun 2020 yang berjumlah 3.111 kasus.

Kepala bidang Promosi Kesehatan (Promkes) pada Dinas Kesehatan Sanggau Najori mengungkapkan data jumlah kasus stunting di Kabupaten Sanggau Tahun 2020 sebanyak 3.111 kasus dari sasaran balita 44.230 atau 28,50 persen dari jumlah sasaran.

“Entri data yang masuk baru 35,34 persen. Nanti kita tunggu sampai akhir tahun,” kata Najori usai Rakor stunting, Kamis (15/4).

Sementara tahun 2021 triwulan pertama (Januari, Februari Maret) ada sekitar 3.754 balita yang mengalami stunting atau 21,74 persen dari sasaran 39.861.

Bupati Sanggau Paolus Hadi menyampaikan tingginya stunting di Sanggau dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya soal gizi.

“Kalau bicara gizi maka itu terkait Dinas Kesehatan. Kemudian dukungan lain bagaimana gizi itu bisa baik, termasuk unsur makanan yang tersedia, juga akses atau kemudahan masyarakat memperoleh gizi itu,” terangnya.

Baca Juga:

Menangani stunting, kata PH sapaan akrabnya, harus dilakukan secara terencana dan baik, terutama persoalan data. Oleh karena itu, data ini harus singkron dengan kondisi real di lapangan sehingga memudahkan langkah dan strategi menurunkan angka stunting.

“Harus ada langkah strategis. Stunting bisa dilihat dan diukur di masyarakat melalui Posyandu salah satunya. Untuk Sanggau dari 885 Dusun baru 600an Dusun yang sudah memiliki Posyandu. Oleh karena itu kita akan dorong setiap Dusun memiliki Posyandu,” ungkapnya.

Kemudian, lanjutnya, sasaran strategis untuk menurunkan angka stunting ini adalah melalui pendidikan anak usia dini.

“Kita punya PAUD yang masih terdaftar secara Dapodik sebanyak 200an lebih, artinya belum semua dusun. Dengan adanya PAUD ini anak-anak yang mengalami stunting bisa diintervensi pertumbuhannya. Saya juga mendorong Dasawisma kita ini karena Dasawismai ikut berperan menurunkan angka stunting. Ibu-ibu bisa memberikan asupan makanan yang sehat dan bergizi,” bebernya.

Yang tak kalah pentingnya, kata PH, adalah keterlibatan dunia usaha. Melalui CSR mereka bisa membantu menurunkan angka stunting. Misalnya dengan memberikan makan atau minuman bergizi melalui program CSRnya.

“Artinya ini harus menjadi gerakan bersama untuk menurunkan angka stunting,” pungkasnya. (pek)