Sanggau, BerkatnewsTV. Kepala Dinas Kesehatan Sanggau Jones Siagian menyampaikan ada 40 orang di Sanggau yang saat ini dalam pemantauan. Ke 40 orang tersebut, selain warga Sanggau asli, juga WNA asal India dan Pakistan.
“Yang dari India ini setelah kita lakukan wawancara mereka sudah berada di Indonesia sejak bulan Desember sebelum Corona ini menjadi wabah dan pandemik global, mereka ini berdakwahlah dan beberapa hari lalu mereka datang ke Sanggau,” kata Jones, Senin (16/3).
Meskipun mereka ini datang bukan dari daerah terjangkit dan status mereka adalah WNA, dan saat salah satu diantara mereka ada keluhan kesehatan, dia ini berobat ke Rumah Sakit MTh. Djaman.
“Berobatlah dia ini ke rumah sakit dan kita monitor kesehatannya melalui pemeriksaan kesehatan termasuk ronsen paru – paru. Dan ternyata hasilnya negatif. Tapi tetap kita masukkan dia ke dalam orang dalam pemantauan,” ujar Jones.
Selain dari India, ada juga WNA asal Pakistan yang masuk ke dalam kategori orang dalam pemantauan.
“Orang pakistan ini beberapa minggu lalu juga. Tapi mereka sudah pulang ke Jakarta. Dalam wawancara kita, tidak ada juga mereka kontak dengan negara terjangkit. Karena mereka sudah lama juga melakukan kegiatan dakwah. Begitu mereka datang, kita lakukan pemeriksaan, tapi yang kita pantau bukan lagi orang pakistannya tapi orang yang kontak dengan mereka dan itu warga Sanggau,” ungkap Jones.
Jones memastikan ke 40 orang yang saat ini dalam pantauan masih dalam kondisi sehat, kecuali satu dari warga India yang dalam kondisi sakit tapi tidak terkait dengan virus Corona.
“Mungkin drop aja dia karena kelelahan. Usianya 31 tahun,” ungkapnya.
“Jadi totalnya ada 83 orang yang dalam pemantauan (ODP) karena 43 lainnya adalah orang yang kontak langsung dengan ODP. Totalnya 83 orang. Meski sejauh ini mereka sehat, saya minta mereka yang ODP ini jangan dulu ke luar rumahlah,” pungkas Jones.
Disinggung kesiapan Dinkes dan rumah sakit Sanggau menghadapi kemungkinan adanya pasien Corona, Jones menegaskan bahwa pihaknya siap. Namun, yang menjadi persoalan ketika terjadi ledakan kasus di empat rumah sakit rujukan di Kalbar, mau tidak mau rumah sakit sanggau siap menangani.
“Istilahnya sedia payung sebelum hujan. Ini kita sedang mempersiapkan itu dengan menggunakan anggaran tanggap darurat,” terangnya.
Sementara itu, dokter RSUD MTh. Djaman, dr. Leomare Pardede, dokter spepialis penyakit dalam menjelaskan, pasien yang menjalani perawatan biasanya masuk ke UGD dulu. Setiap pasien yang demam pasti ditanya terlebih dahulu riwayat perjalanannya.
“Itu standar kita. Itu sudah saya sampaikan ke beberapa temen kita dokter umum di UGD yang kasusnya secara lokal itu tinggi di jakarta,” ujarnya.
Leo tidak melarang setiap masyarakat menggunakan obat herbal untuk pengobatan, namun Ia memastikan bahwa virus Corona belum ada obatnya.
“Ada yang percaya jambu klutuk misalnya, boleh, minum jahe boleh, tapi sampai sekarang anti virusnya belum ada,” tuturnya. (pek)