Gerakan SMS, Sanggau Terbebas dari Rabies 2024

rakor pengendalian dan penanggulangan rabies dan rencana aksi 'Sanggau bebas rabies tahun 2024' (Saber 24), Foto: Ist

Sanggau, BerkatnewsTV. Gerakan SMS dicanangkan di Sanggau agar terbebas dari penyakit rabies mengingat jumlahnya dinilai cukup tinggi.

Targetnya kata Bupati Sanggau Paolus Hadi di tahun 2024 Sanggau terbebas dari rabies. “Apa itu SMS? SMS adalah singkatan dari Serentak, Masif dan Seluruhnya,” beber Bupati disela rakor pengendalian dan penanggulangan rabies dan rencana aksi ‘Sanggau bebas rabies tahun 2024’ (Saber 24), Selasa (21/1).

Serentak, dijelaskan Bupati, vaksinasi dilakukan dalam satu waktu atau bersamaan. Masif, maksudnya adalah vaksinasi yang dilakukan dengan melibatkan semua pihak. Dan Seluruhnya, adalah vaksinasi dilakukan pada seluruh populasi Hewan Penular Rabies (HPR) di Sanggau tanpa terkecuali.

Untuk penanganan rabies, Pemkab Sanggau menyiapkan anggaran Rp1,4 miliar yang bersumber dari APBD tahun anggaran 2020.

“Dana yang kita siapkan ini mungkin paling besar di Kalbar jika dibandingkan kabupaten lain. Ini wujud keseriusan Pemkab Sanggau dalam mengatasi rabies,” ujar PH sapaan akrab Paolus Hadi.

“Kalau kurang, dari Dirjen atau dari Dinas Provinsi bisa bantu nambah,” pungkas PH.

Ia akui dana itu tidak cukup. Oleh karena itu Pemkab Sanggau butuh bantuan dari pihak lain, misalnya CSR dari perusahaan yang ada.

“Tapi inilah kepedulian kita. Oleh karena itu saya minta Camat agar bisa melibatkan rekan kerja kita di bawah supaya persoalan ini dapat kita tuntaskan bersama,” pungkas PH.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Bunnak) Sanggau, Syafriansah mengungkapkan angka rabies di Sanggau dari tahun 2000 – 2019 cukup tinggi. Khusus 2019 ada 8 korban meninggal dunia.

“Oleh karena itu, penanggulangannya sangat penting, tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah maka kita libatkan berbagai pihak. Maka muncullah program pak Bupati Saber 24 yang melibatkan semua pihak,” kata dia.

Sebelumnya, lanjut Syafriansah, penanganan rabies dilakukan secara reaktif. Maksudnya adalah, ketika ada kejadian atau laporan baru dilakukan vaksinasi.

“Tapi tahun ini kita lakukan vaksinasi terlebih dahulu karena tenaga kita kurang, kita akan mulai dengan sosialisasi. Setelah itu, kita latih para vaksinator,” tuturnya.(pek)