79 Desa di Sekadau Belum ODF

Bupati Sekadau Rupinus menyatakan komitmennye untuk menjadikan semua desa sudah ODF. Foto: Herry

Sekadau, BerkatnewsTV. Kebiasaan sebagian warga yang masih buang air besar sembarangan (BABS) agaknya masih menjadi persoalan cukup serius, tak terkecuali di Kabupaten Sekadau.

Perilaku BABS atau Open Defecation Free (ODF) itu menimbulkan pencemaran lingkungan dan menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai jenis penyakit, seperti diare dan kolera.

Hingga kini untuk Kabupaten Sekadau dari 87 desa, hanya 8 desa yang sudah Open Defecation Free (ODF).

Desa-desa yang sudah ODF itu diantaranya, Lubuk Tajau, Pantok, Meragun, Nanga Kiungkang, Menua Prama, Semabi, Selalong dan Sekonau. Desa-desa tersebut tersebar di 4 kecamatan, yaitu Nanga Taman, Belitang, Sekadau Hilir dan Sekadau Hulu.

Bupati Sekadau, Rupinus menuturkan pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, seperti sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), terdiri dari Pamsimas, ODF dan lain sebagainya. Untuk mencapai target perlu kolaborasi antara lintas sektoral.

“Keroyokan lah gitu. Sama-sama bersinergi mengatasinya, termasuk desa dan kecamatan. Terkait masih banyak BABS, artinya sembarangan itu bisa di sungai, belakang rumah, parit bisa dimana-mana,” kata Rupinus usai kegiatan pertemuan akselerasi dan evaluasi STBM, Kamis (7/11).

Ia mengatakan, kesehatan lingkungan memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Maka, hal itu perlu diupayakan dengan melibatkan semua pihak. Sehingga, setiap keluarga atau rumah memiliki water closet (WC) standar.

“Tidak ada lagi jamban di sungai, tidak ada lagi buang air besar sembarangan tempat. Saat ini Sekadau sudah 8 desa ODF,” ujar Rupinus.

Namun, ia mengakui masih banyak yang belum ODF. Untuk itu, pemerintah daerah terus mengejar target ODF. Bahkan, tahun depan pemerintah daerah menargetkan satu kecamatan bisa ODF.

“Target kita ada satu kecamatan yang ODF. Artinya, satu kecamatan itu sudah ODF, semua desa dan masyarakatnya sudah punya WC. Tidak ada lagi BABS,” ucapnya.

Terkait hal itu, melalui dana desa, masyarakat dibantu untuk membeli closet dan mengerjakannya secara gotong royong. Kini, desa yang sudah ODF itu tidak ada lagi jamban di sungai.

“Memang untuk daerah-daerah di tepi sungai masih banyak (jamban). Mindset, pola pikir perlu kita rubah untuk perilaku hidup sehat. Kalau air tercemar, dampaknya pada penyakit dan lain sebagainya. Ini terbukti, ada desa yang sudah ODF, tidak ada lagi BABS ketika musim kemarau tidak ada kasus-kasus seperti diare dan sebagainya. Ini kan berarti ada dampaknya,” tutup Rupinus.(her)