Pontianak, BerkatnewsTV. Cantik dan cerdas. Itulah kata yang disematkan kepada Puteri Indonesia Kalbar 2019 Karina Syahna. Namun tidak hanya itu saja. Dara cantik berusia 25 tahun ini juga punya jiwa sosial yang tinggi. Hal itu dibuktikannya dengan menjadi instruktur tari bagi para penyandang disabilitas.
Karina mengatakan sudah hampir enam tahun menjadi instruktur tari di Gigi Art of Dance. Ia pun menceritakan awal mula ketertarikannya menjadi instruktur tari bagi penyandang disabilitas.
“Awal mulanya karena ada adik sepupu saya yang down syndrome. Down syndrome itu kan tidak bisa disembuhkan tapi bisa membaik. Dan ternyata melalui tari dia menjadi lebih percaya diri, interaction skillnya lebih terasah, bahkan sudah bisa live instagram,” tutur Karin saat dijumpai BerkatnewsTV di Pontianak beberapa waktu lalu.
Karina mengungkapkan jenis tarian yang diajarkan kepada muridnya pun beragam mulai dari hip hop, kontemporer hingga tradisional. Bahkan, sudah tampil di berbagai ajang baik di Indonesia maupun Dunia. Terakhir, anak asuhnya berhasil membawa nama Indonesia dalam acara Asian New Theatre Festival di Singapore November lalu.
“Jadi berbagai negara di benua Asia datang ke acara tersebut dan kita diberi kehormatan untuk membuka acara tersebut. Dan hanya dari kita satu-satunya yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Karina yang juga merupakan None Jakarta 2017 itu pun menceritakan tantangan yang dihadapinya selama menjadi instruktur tari bagi penyandang disabilitas yang rata-rata berusia 15-36 tahun tersebut.
“Percaya gak percaya saya mengurusi 25 anak itu udah hampir setahun sendirian. Saya dipersilakan untuk mencari asisten lagi tapi dengan syarat yaitu sabar. Apakah kamu rela bisa sedikit keras karena emosional mereka itu tak terkontrol. Bisa aja nyakar atau dingompolin meskipun belum pernah terjadi sih hingga sekarang,” tuturnya.
Karina berharap dengan tantangan dan prestasi yang demikian akan semakin banyak lagi yang merangkul agar mereka dapat menjejakkan ke panggung yang lebih besar lagi.
“Itu menjadi motivasi buat saya untuk terus bersama mereka dan menggali potensi mereka. Terbukti mereka tidak terlihat seperti down syndrome setelah itu,” pungkasnya (iki).