Kubu Raya, BerkatnewsTV. Harga kelapa yang anjlok membuat petani kelapa di Parit Wa’ Bibah Desa Sui Itik Kecamatan Sui Kakap merugi.
Semula, harganya Rp2.000 per buah namun sekarang anjlok hingga di harga Rp800. Kondisi ini pun membuat petani kelapa tidak berani menjual.
Sehingga bisa dipastikan ratusan ribu buah kelapa yang dimiliki lebih dari 100-an petani di Parit Wa’bibah terancam terlantar karena tidak akan dipetik.
“Bayangkan saja, harganya sekarang Rp800 per buah, dipotong upah panjat Rp350, sisanya Rp450 per buah. Belum lagi untuk biaya perawatan. Jadi kami rugi,” ungkap Arsyad salah satu petani kelapa ditemui BerkatnewsTV, Sabtu (4/8).
Panen kelapa dilakukan setiap tiga bulan sekali. Jika satu orang petani kelapa memanen 3 ribu buah x Rp450 maka hasilnya Rp1.350.000 dibagi 3 bulan maka rata-rata pendapatan yang diperoleh Rp450 ribu per bulan.
“Belum dipotong untuk biaya perawatan. Kalau kondisi ini dibiarkan terus mungkin lama-lama akan banyak pohon kelapa ditebang,” ucapnya.
Ia sebutkan, ketika harga kelapa mahal, setiap petani setidak-tidaknya memperkerjakan satu orang sebagai pemanjat. Jika ada 100 petani maka membutuhkan 100 orang tenaga kerja yang dipekerjakan.
“Tapi sekarang tidak bisa lagi karena harganya turun drastis seperti ini. Akibatnya jadi menambah daftar panjang penduduk miskin. Yang pemilik kelapanya sudah miskin apalagi buruhnya. Jelas ini mempengaruhi ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Arsyad mengaku tidak tahu persis penyebab anjloknya harga kelapa.
“Tidak tahu penyebabnya. Intinya harapan kita pemerintah peduli untuk membantu agar harga kelapa bisa kembali normal,” harapnya.(riz)